KOMUNITAS Sant'Egidio melakukan perayaan misa syukur untuk memeriahkan ulang tahun ke 53 kominutas tersebut, di aula Gereja St. Yosep Naikoten 2- Kupang, Jumat (11/2/2011).
Misa syukur dipimpin Moderator Komunitas Sant'Egidio, Rm. John Russae, Pr. Misa dihadiri para anggota komunitas dan anggota KMK (Keluarga Mahasiswa Katolik) Kota Kupang.
Koordinator Sant'Egidio Kupang, Yohanes Bheo Rea mengatakan, HUT sebenarnya jatuh pada tanggal 7 Februari 2011, namun baru dirayakan tanggal 11 Februari. Misa syukur merupakan bagian dari sosialisasi komunitas ini kepada kaum awam di Kota Kupang, khususnya kalangan pemuda.
Bheo mengatakan, Komunitas Sant'Egidio adalah komunitas awam internasional yang didirikan tahun 1968 di Roma. Komunitas ini sudah diakui secara resmi oleh Vatikan. Lahir dari kepercayaan Andrea Ricchardi mengenai Injil yang dihidupi.
Saat ini, katanya, komunitas ini sudah dibentuk di 70 negara yang tersebar di Afrika, Eropa, Amerika dan Asia. Di Indonesia sudah berkembang di 15 tempat, yakni Aceh, Nias, Padang, Pekanbaru, Duri, Medan, Bogor, Yogyakarta, Pontianak, Kupang, Atambua, Kefa, Flores, Semarang dan Denpasar.
Komunitas ini bertujuan mengajak semua orang untuk membangun jembatan cinta kasih tanpa harus membeda-bedakan suku, agama, ras dan golongan. Komunitas ini juga mengajak untuk lebih menghidupi Injil bersama dengan orang-orang yang lebih lemah, seperti orang miskin, anak terlantar, lansia, korban perang, gelandangan, orang sakit, orang terpenjara, penderita kusta dan AIDS, dan terhadap berbagai kemiskinan lainya. Karateristik dari komunitas ini adalah doa, Injil, solidaritas terhadap sesama, ekumene dan dialog.
Komunitas ini, lanjutnya, berperan dalam perdamaian dunia di Mozambiq, Albania, Aljeira, Kosovo, Pantai Gading dan negara-negara di Afrika serta Eropa Timur. Setiap tanggal 1 Januari, komunitas ini menggelar pawai damai serta pengumpulan tanda tangan untuk seruan damai, yang nantinya dikirim ke Vatikan. Selain itu, selalu dilakukan doa dan dialog perdamaina atau yang dikenal dengan Ziarah Damai dari satu kota ke kota lain setiap tahun.
Ia mengatakan, komunitas ini juga menyediakan pengobatan gratis bagi para penderita AIDS di Afrika melalui program Dream of Afrika. Tak kurang dari 400 bayi lahir dengan selamat tanpa terjangkit virus HIV, walaupun ibu mereka menderita AIDS. Lebih dari 5.000 anak di seluruh dunia mendapatkan orangtua angkat dalam program adopsi jarak jauh yang difasilitasi komunitas ini.
Sekolah Damai
Selain itu, tanggal 30 November sebagai Hari Internasional 'City for Life-City Against the Death Penalty' (Kota Untuk Kehidupan-KOta Menantang Hukuman Mati) yang diusulkan oleh komunitas ini dan Region Tuscany (di bawah pemerintah Kota Roma) dan diimplementasikan oleh banyak kota, organisasi dan kelompok lainya. Komunitas ini juga menyelenggarakan Sekolah Damai untuk membantu anak-anak dalam mengembangkan kreativitasnya serta mendidik mereka menjadi anak-anak yang mencintai perdamaian.
Menurutnya, di Kupang, komunitas ini berdoa bersama setiap hari Kamis di Gereja St. Yosep Naikoten 2 dan melakukan pelayanan dengan bersahabat dengan para penghuni panti jompo dan mendampingi anak Sekolah Damai di Noelbaki.
Pelayanan komunitas di setiap kota dan negara selalu berdasarkan keadaan setempat dengan semangat kasih kepada sesama yang membutuhkan. (nia)
|