Hari ini kita merayakan hari guru di seluruh dunia. Ini adalah suatu cara untuk mengingat betapa pentingnya sekolah.
Sejak dari awal, Komunitas Sant’Egidio telah mendidik: Sekolah Damai telah bertemu ratusan ribu anak-anak di pinggiran kota di setiap benua. Sekolah Damai ada di Roma dan juga di Buenos Aires, Kinshasa dan Manila, dan di negara-negara Asia seperti di Jakarta, Pakistan, Manila dan dimana tantangan untuk berintegrasi sangat sulit.
Apa itu Sekolah Damai? Sekolah Damai adalah sebuah tempat untuk “belajar tentang damai dan hidup bersama”, kata Adriana Gulotta saat panel diskusi dengan topik “Pergi ke Sekolah Damai” di pertemuan “Haus akan Perdamaian” di Assisi.
"Keperluan untuk memilki tempat dimana kita dapat ‘belajar’ tentang damai dan seni untuk hidup bersama di dunia yang semakin urban, semakin kompleks dan semakin banyak konflik ini, menjadi semakin besar. Dalam skenario ini, dimana ada banyak “guru-guru jahat”, kita merasakan kebutuhan untuk memperbanyak energi kita untuk mendidik generasi muda untuk menghormati hidup manusia, untuk mencintai damai dan menolak kekerasan".
"Ini adalah komitmen yang dianut oleh Komunitas Sant’Egidio sejak dari awal berdiri”, kata Adriana Gulotta, meskipun komitment ini “mungkin kurang dikenal dari komitmen untuk perdamaian di tempat-tempat yang berperang dan kurang dikenal dari komitmen untuk dialog antar agama”.
Namun demikian, hal ini “bersamaan dengan kelahiran Komunitas di tahun 1968, ketika Komunitas memulai sekolah damai untuk anak-anak di pinggiran kota Roma”. Waktu itu, Sant’Egidio mempertanyakan akan kemiskinan para pengungsi/imigran dari Italia Selatan, yang tinggal di barak dan di pinggiran kota Roma di tahun 60-an, dan anak-anak mereka yang tidak pergi ke sekolah. Sekarang Sekolah Damai adalah sebuah gerakan pendidikan dunia, bagi ratusan ribu anak-anak di Eropa, Afrika, Asia dan Amerika. Selain dukungan langsung dan dukungan sentimental, Sekolah Damai menawarkan anak-anak sebuah kesempatan untuk belajar berkembang bersama dengan yang lain, tanpa prasangka dan kebencian. “Nama Sekolah Damai, menunjukkan bahwa inti yang sebenarnya adalah belajar “membangun” damai dalam banyak konteks, tidak hanya waktu perang, tetapi dimana saja terutama di mana ada ketegangan dan konflik”, kata Adriana Gulotta.
Di pinggiran kota yang ditandai dengan tingkat kekerasan yang tinggi, Sekolah Damai menawarkan alternatif bagi budaya “jalanan” dan model agresif yang terulang. Sekolah Damai adalah suatu pusat dimana relawan muda mengatur kegiatan belajar dan pendidikan, permainan, acara jalan-jalan dan liburan, dengan tujuan untuk menyebarkan budaya keterbukaan untuk orang lain, untuk keragaman, yang adalah sebuah dasar untuk mengenal satu sama lain untuk dapat hidup bersama.
Hal ini terlihat di Sekolah Damai di Antwerpen dan Paris, dimana anak-anak Eropa yang lama dan baru belajar mengenai nilai-nilai hidup bersama melalui persahabatan. Mereka sendiri adalah pelopor dari proses integrasi karena seperti yang dikatakan Zygmunt Bauman di acara pembukaan pertemuan “Haus akan Damai” di Assisi, "damai dapat dicapai jika kita memberikan anak-anak kita senjata dialog, jika kita mengajar mereka berjuang untuk bertemu dan untuk berunding”".
Di Sekolah Damai tidak ada yang dikucilkan atau ditinggal: anak-anak Gypsi Rom yang dibesarkan di Sekolah Damai di Italia tahu hal ini dengan baik. Mereka sekarang mulai pergi ke sekolah menengah: sebuah gambaran sukses di Italia yang masih ditandai dengan tingginya tingkat keluar/drop-out dari sekolah. Tantangan untuk menjamin orang-orang Gypsi Rom akan sebuah masa depan yang baik telah tiba di Ukraina, dimana Komunitas baru-baru ini telah memulai sebuah projek pendidikan bagi beberapa anak-anak Gypsi Rom yang berada di wilayah antara Kiev dan Transcarpathian.
Pada bulan Desember 2014, ketika mengunjungi sebuah paroki Roma, Paus Fransiskus bertemu beberapa anak-anak dan relawan muda dari Sekolah Damai. Berterima kasih akan kehadiran mereka, Paus menggambarkan Sekolah Damai sebagai sebuah “benih yang sangat penting yang akan menghasilkan buah sepanjang waktu”. Dan Paus Fransiskus yang bertemu dengan Sekolah Damai di Buenos Aires, di Villas Miserias, menambahkan: “apa yang kamu lakukan di seluruh dunia adalah penting karena kamu menanam di dalam hidup anak-anak ini, sebuah benih yang akan menghasilkan buah. Kamu harus bekerja dengan harapan dan kesabaran. Kamu memerlukan kesabaran. Tapi apa yang kamu kerjakan adalah suatu hal yang hebat".
|